Hati Yang Berpikir*

  • Kamis, 16 April 2020
  • 334 views
Hati Yang Berpikir*

Sekedar membekali kalian sebelum dinyatakan lulus dan jadi alumni, kemungkinan pondok selama Ramadlan zero santri,karena semua libur, tak apa-apa semuanya kan punya cerita. Mestinya yang mengalami kondisi ini lebih sholeh ke depan, karena dihadapkan pada tantangan hidup dan mati –kata orang.

Satu fase kehidupan telah dilalui yaitu fase murahaqoh (remaja), masa remaja, itu fase kehidupan. Dalam bahasa pendidikan masa pendidikan dasar dan menengah, beruntung kalian di pondok. Saya melihat usia ini baiknya di pesantren, karena pengembangan karakter dimulai masa ini, dengan ciri utamanya peniruan. Memerlukan contoh yang baik dan tauladan. Terutama usia dasar (SD-SMP)  itu baru mengenal dunia luar rumahnya itu menganggap baik yang dari luar lingkungannya, karena suatu yang baru ditemui;  mengamati orang, mengamati mode membeli atau melakukan sesuatu bukan karena dirinya perlu tapi karena orang lain melakukan itu.

Sadar dengan hal demikian maka pendidikan dasar dan menengah itu wajib di pesantren, karena aspek-aspek itu kita berikan di sini, di pesantren.  Seperti lomba drama itu merupakan pendidikan sarana peniruan, baik dari pengajaran bahasa asing dengan drama bahasa Arab dan Inggris. Dan dalam pendidikan itu kan ada metode dramatisasi / bermain peran. Drama itu pun dibatasi dengan aturan drama tanpa adegan kekerasan, semua kegiatan dianalisis, dievaluasi untuk perbaikan ke depan.

Nah ini kan pendidikan, mewadahi ekspresi kemampuan dan kapasitas dirinya. Pidato juga mewadahi ekspresi kemampuan, bikin taman, majalah, dan lainnya, maka pendidikan dasar dan menengah itu di pesantren. Inilah keberuntungan kalian.

Kita memiliki dasar hukum yang jelas, syaab nasyaa fi ibadatillah, 7 orang yang dapat perlindungan di hari kiamat, imam adil dst, termasuk pemuda yang hidup dalam kondisi ibadah kepada Allah; baca qur’an, shalat, belajar, berdoa, dan jarang pendidikan berdoa itu kecuali di pondok, di pondok kalian berdoa untuk diri sendiri, keluarga dan lainnya. Belajar itu sendiri merupakan menjalankan perintah Allah, itulah kalian, para santri.

Dalam al-Qur’an itu ada 13 ayat yang menyuruh kita berjalan/mengembara di muka bumi ini, tiga ayat untuk melihat akibat mukadzib (yang mendustakan Nabi dan Rasul) akibat pelaku dosa, kondisi umat yang kuat akhirnya tumbang juga. Kamu lihat Borobudur itu segitu gedenya, itu awalnya terkubur tanah dan ditemukan lalu digali, artinya umat sebelum itu terkubur, baru ditemukan, di Jambi itu ditemukan candi-candi terbuat dari bata merah. Artinya ada masa umat-umat yang tumbang selesai sejarahnya. Pertanyaannya manusianya ke mana, ya sebagian ada yang hidup dan yang lainnya mati. Mungkin yang hidup itu yang diamankan. Seperti  certita umat nabi Nuh as, kaumnya selain yang ikut perahunya beliau mati semua.

Kemudian perintah untuk berjalan/mengembara sehingga hati kamu bisa berpikir dan telinga bisa mendengar, ini aneh hati berpikir dan telinga mendengar, dilanjutkan dengan buta hati dan bukan buta mata, kok hati melihat, jadi muncullah istilah kata hati, mata hati,  jadi organ-organ seperti mata, telinga, otak, itu organ untuk menemukan data dan hati yang memutuskan. Makanya yang disuruh agar hati bisa berpikir, mendengar, dan melihat. Supaya tidak disalahpahami maka saya sebut hati itu filter. Kalau bicara kesholehan itu lebih banyak ke dalam dada (hati).  Yang pinter itu banyak, ilmuan kalau tidak pakai hati ilmuwan itu akan mengakibatkan mukadzibin; membangun masyarakat yang tidak percaya agama, asal bisa menciptakan walau itu membahayakan.

Kembali masa muda kalian hidup di pesantren semua dipasilitasi, pengembangan otak, pengembangan keterampilan, komuniksi, kepemimpinan semua dipasilitasi. Itulah pendidikan pesantren dalam pendidikan dasar dan menengah. Kalau di perguruan tinggi itu pengembangan sesuai kebutuhan dan arahan profesi masing-masing, mengadopsi Imam Ghazali, ilmu al-hal, ilmu yang dibutuhkan setiap saat  apa pun profesinya, lalu ilmu li kasbi al-aisy buat mencari penghidupan;  itu di cocoknya di pendidikan lanjutan perguruan tinggi.

Kehidupan di pesantren itu harus disyukuri, yang diperintah untuk disebut-sebut itu yang baiknya bukan yang jeleknya, kita selalu disuruh mengingat ini’mat, pemberian Allah, lihat surat al-Syarah, yang mengajari kita untukmelihat apa-apa saja yang telah diberikan Allah kepada kita. Ayat lain juga memerintahkan kita untuk selalu mengingat ni’mat Allah, ingatlah ni’mat Allah yang telah diberikan kepada kamu sekalian! Tidak pernah ada perintah “ingatlah adzab Allah yang diberikan pada kamu sekalian,”  tidak pernah ada disuruh menghitung adzab, tapi kalau adzab itu disuruh mempelajari umat silam sebagai bandingan, untuk yang konteks masa kini selalu yang disuruh adalah mengingat ni’mat dan kebaikan.

Selain mensyukuri kehidupan kalian di pesantren, sebelum keluar kalian dibekali beberapa pengetahuan pokok sebagai bekal dalam mengembangkan diri, ilmu tentang perpustakaan, itu penting untuk memudahkan kalian mencari buku, kemudian protokoler itu penting, maka di akhir pendidikannya di pesantren  kelas VI wajib tahu protokoler. Kemudian wawasan akademik, kadang kita mengundang tokoh dari luar sebagai penyemangat. Kalau tentang kepondokkan itu sekedar pemaknaan apa yang telah dialami, mengingat ulang hal-hal yang sifatnya prinsip. Di antara manfaat pendidikan itu memilihkan sejumlah informasi untuk anak didiknya, sama halnya dengan al-Qu’an juga berisi sejumlah informasi untuk membantu kehidupan yang teratur. Ilustrasinya seperti orang yang menuju suatu tempat tidak mengindahkan petunjuk jalan akan tersesat, orang  tersesat itu memerlukan biaya mahal serta waktu yang lama untuk sampai tujuan.

* Dari Sambutan Pimpinan Pondok pada Pembukaan Pembekalan Santri Kls VI Angkatan ke 25 al-Ikhlash, 15 April 2020.

Penulis: Redaksi

Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas.