• Wejangan
  • Wejangan Kesyukuran Ujian Semester I 2020

Wejangan Kesyukuran Ujian Semester I 2020

  • Selasa, 15 Desember 2020
  • 537 views
Wejangan Kesyukuran Ujian Semester I 2020

Anak-anakku para santri,

Para Asatidz seklaian

Alhamdulillah kita semua sehat, hingga mala ini kita bisa berkumpul untuk mensyukuri selesainya ujian.

Sehat itu mahkota, mahkota itu diatas kepala hiasan kepala kita. Orang sakitlah yang tahu betapa pentignnya sehat. Maka kita diberi kesehatan, alhamdulllah harus kita syukuri. Dan sakit itu mahal harganya, ini musim covid kalau ditest swab itu harganya ada yang 400 ribu. Itu hanya ditest saja bukan diobati, hanya mengetahui negatif atau positif. Itu harganya 400 ribu da nada yang 1 juta, kalau PCR tiket dari Mesir ke Indonesia itu harganya sekitar 8 juta, ada juga yang 5 juta. Harga PCR nya itu seharga 2 juta. Kalau kalian ditest semua seharga uang makan berapa bulan ini?. Makanya kalian sehat saja, definisikan diri supaya menjadi orang sehat. Siap? Harus seperti itu, jangan sedikit-sedikit sakit. Sakit apa? Sakit gatel, masa gatel minta tasrih.

Sehat itu nikmat yang paling besar yang Allah SWT berikan kepada kita. Kalau diluar kalian tidak boleh ini, duduk tidak ada jarak. Kalau bertemu itu harus ada satu meter jaraknya. Harus memakai masker. Tapi okelah karena kita yakin bahwa kita semuanya sehat. Cuma tetap tata karma harus dipakai

حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

pertama harus mengucap salam, yang kedua kalau diundang harus hadir, ketiga kalau dimintai nasihat kamu harus nasihati, jangan nasihat saja pelit bagaimana duit. Kasih nasehat kalau dipinta. Selanjutnya (وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ) kalau sakit maka jenguklah, kalau dipondok siapa yang sakit simpan di BKSM. (وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ) Kalau meninggal maka iringilah jenazahnya. Selanjutnya ada lagi, (فَسَمِّتْهُ اَللَّهَ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ) kalau ada yang bersin maka jawablah dengan (يَرْحَمُكَ اَللَّهُ) do’akanlah. Kalau sudah dijawab maka dibalas lagi dengan (يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ) jadi seolah balas-balas pantun, sehingga Allah itu memberimu hidayah. Hidayah itu banyak, hidayah bagaimana cara hidup sehat, hidayah berobat. Jadi diberi petunjuk oleh Allah kalau ke dokter, dokter yang mana. Makanya  (وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ)  dan memperbaiki keadaan kamu, asik itu. Kalau kalian memakai itu insyaAllah kalian sehat semua. Saya dari kecil diajarkan, kalau bersin supaya ditutup, seperti ini. Ini sudah mulai ada yang batuk-batuk sedikit, maka tutup kalau batuk itu!.

Dahulu kalian diajarkan atau tidak? Cara batuk yang baik dan benar. Ini harus diingatkan anak-anakku sekalian supaya tahu cara hidup  sehat, kalau batuk itu  ditutup. Bersin juga ditutup sambil mengucapan Alhamdulillah. Saya dalu pernah ketika di mekkah tepatnya di masjidil haram, saya bersin (الحمد لله). Kemudian seseorang luar (afrika) mengucapkan  (يَرْحَمُكَ اَللَّهُ). Saya juga langsung menjawab lagi teringat pelajaran kelas satu (وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ) . Dia melihati saya dan mungkin berpikir ini orang sudah mengerti hadits kali yah? Tidak tahu dia kalau saya pimpinan pondok disini. Alhamdulillah jadi seperti itu, kita harus terbiasa hidup sehat.

Kalau habis apa-apa cuci tangan, kalau bisa meja itu di pel supaya tidak ada debu. Saya itu ke printis Masya Allah sampai saya foto itu kok sampah banyak banget. Hey kamu, pondok ini punya kamu. Tidak ada pembantunya, harus bersihkan sendiri. Itu sampahnya jangan ditumpuk di perintis. Memang pondok ini punya siapa? siapa yang mau bersihin?. Makanya pondok ini dari kita oleh kita untuk kita. Belajar nanti kamu di mana-mana harus bersihkan sendiri. Makanya kamu harus punya tradisi, kalau kamu punya sampah pegang itu sampah Hatta tajida lahu maudi’an sampai ketemu tempatnya. Kita harus begitu, ya masa kita di luar negeri sangat taat peraturan banget yang seperti itu, akan tetapi di negara sendiri tidak bisa. Mungkin yang kemarin pernah keluar negeri itu kamu tidak bisa melempar sampah begitu saja. Harus dibawa sampai bertemu dengan tempat sampah.

Saya waktu di Amerika itu dibawa oleh tuan rumah, itu kemana-mana pakai mobil, mobilnya itu GMC. Itu kalau turun sampah yang tadi bekas kita, harus dibawa. Kalau tidak dia sangat marah sekali kepada kita. Jadi pas turun itu di suruh bawa sampah. Kebanyakan orang luar itu hidupnya tanpa pembantu, hidupnya sendiri jadi apa-apa dibersihin sendiri. Di bus pariwisata nya juga seperti itu jadi sampahnya itu harus disimpan ke tempat sampah yang sudah disediakan. Kenapa kita bisa patuh di negeri orang, kalau di negeri sendiri tidak. Ini kan kandang kita sendiri, tempat tinggal kita sendiri.

Ini baru saja muqaddimah jangan takut sampai jam 12. Sebelum saya masuk sini ini, serius saya membuat persiapan dahulu. Saya mencari-cari bahan salah satunya nya Q.S. Hud: 51. Jadi saya membuat 9 lembar. Berarti kalau 1 lembarnya 1 jam maka semuanya 9 jam. Iya saya kalau bicara satu lembar saja bisa 1 sampai 2 jam. Siap kan? Semua pertemuan di pondok itu tidak ada yang tidak penting. Syukuran setelah ujian itu penting, semua harus ikut itu biar apa? Supaya semuanya tahu cara bersyukur.

Yang pertama, dari Qori dahulu. Walaupun pas mulainya itu saya ya agak aneh, kok ujug-ujug wa ila ‘Aadin saja. Startingnya dari mana? tapi tidak apa-apalah mungkin yang mau diambilnya adalah

يَٰقَوْمِ لَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱلَّذِى فَطَرَنِىٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Jadi para nabi itu berbeda dengan manusia pada umumnya. Kalau manusia pada umumnya buat acara itu ini minta honor dia. Mengajar minta honor, minta bayaran, mohon maaf sampai penceramah agama itu ada bayarannya “tadi mau dikasih berapa?”.  Kalau para nabi mengajak orang lain untuk beribadah, mengajak orang lain untuk beriman, mengajak orang lain untuk berbuat baik, semuanya itu gratis tidak meminta bayaran. Hampir semua kamu lihat ceritanya Nabi Musa, cerita di surat Yasin: 21

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Ikutilah orang-orang yang tidak meminta bayaran kepada kamu, yaitu mereka yang mendapat petunjuk, Allahumma Amin.

Makanya saya senang tadi ayatnya yang dibacakan qori:

يَٰقَوْمِ لَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱلَّذِى فَطَرَنِىٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

(QS: Hud ayat 51)

Tafsirnya:

يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَى مَا أَدْعُوْكُمْ إِلَيْهِ مِنْ إِخْلَاصِ العِبَادَةِ لله وَتَرْكِ عِبَادَةِ الْأَوْثَان أَجْرًا، مَا أَجْرِي عَلَى دَعْوَتِي لَكُمْ إلَّا عَلَى الله الَّذِي خَلَقَنِي

Kami hanya minta hanya meminta pahala, kami meminta bayaran tetapi kepada Allah SWT. Antum fuqoro` kalau Allah Ghoniyun. Kami meminta betul kepada Allah SWT. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan ini mendapat Ajrun dari Allah SWT. Kalau Allah sudah memberi Ajrun itu berarti sudah itu, dunia dan akhirat, Amin. Mudah-mudahan kalian juga mendapat Ajrun dari Allah SWT, Ajrun tholabi-l-`ilmi dan Ajrun `ibadah.

Satu tahun ini, kalian sudah 6 bulan di pondok shalat berjama’ah terus. Yang baru belajar entah benar entah salah shalatnya yang penting dia sudah berjama’ah. Kelas 1, usia kalian itu susah disuruh shalat kalau di rumah. Tetapi karena kalian di sini kalian shalat, kalian baca Al-qur’an. Pahalanya kamu dapat ibunya juga dapat dan bapaknya juga dapat.

منْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٌ فَاعِلِهِ

Nah kalau Man dalla ‘ala “ngaburin” falahu wijrun failihi. Yang menghasut menghasut keluar dari pondok berarti lawannya. Begitu ya! ya kalian harus paham. Nahnu laa nas`alukum ajaran, kami tidak meminta upah dari kalian. Upah kalian bagi kami adalah sukses 20 tahun ke depan. Saya melihat kalian sukses. Kalian berperan di masyarakat, kalian menjadi orang yang alim, sholeh dan sugih/orang kaya. Kaya hati, kayak sikap, kayak mental, kaya harta juga. Supaya kalian bisa memberi, bukan hanya minta saja. Coba berpikir bisa memberi, cita-cita harus bisa memberi dari sekarang. “Ya Allah mudah-mudahan saya termasuk orang-orang yang bisa menolong, bisa memberi”. Begitu cita-cita dari kecil. Saya dulu di pondok diajarkan seperti itu, jadilah orang yang mampu menolong bukan hanya meminta tolong. Itu saya pegang betul Alhamdulillah sedikit-sedikit. Sekarang sedikit-sedikit ada orang yang minta bantuan untuk masjid, saya bisa membantu walaupun hanya sedikit.

Cuman teori saya begini, kalau kita memberi 1000 berarti kita memiliki uang lebih dari 1000, betul tidak? Kalau kita memberi uang satu juta, artinya kita memiliki lebih dari sejuta, betul? Saya pernah uji coba itu, dulu ada orang yang meminta bantuan secara maksa kepada saya. Pada saat itu saya tidak memiliki uang, saya tanyakan ke ADM hanya ada 100 ribu. Tetapi dia maksa dari. Dia datang ke sini “katanya pa haji mau bantu” dan macam macam ucapannya, kata saya “iya saya belum ada uangnya”. Tetapi saya tetap kasih uang itu. Saya mengasih uang itu sambil menangis “ya Allah ini uang 100 ribu punya pondok, saya mohon engkau ganti”. Saya memohon diganti kepada Allah itu. Alhamdulillah tiba-tiba saya main ke Subang ketemulah teman. Kata teman saya “kamu ngajuin nggak?”, “Ngajuin apa emang? Jawab saya. “Pokestren”, berapa memang? 100 juta kata teman saya. 100 juta itu, 80 juta untuk bagunan sisanya untuk peralatan dan obat-obatannya.

Dari 100 ribu menjadi 100 juta, itu sudah melebihi

………فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ‌ؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُ‌ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡم

Jadi bukan 700 tetapi 100 juta. Ini cerita supaya kalian mempunyai pikiran kalau kamu bisa menolong. Kalau kalian ingin naik haji maka berdoalah “ya Allah saya ingin naik haji” bukan “ya Allah saya minta uang untuk pergi haji.” Nanti uangnya sudah dapat buat beli bakso lagi. “Ya Allah saya ingin pergi haji masalah uang dan lainnya kuserahkan pada-Mu”. gitu saja!. Paham ya nih anak kecil-kecil mulailah berpikir yang bagus-bagus.

Kemarin saya juga coba itu, saya ditelepon untuk dipinta bantuan untuk sumbangan anak yatim, maka saya kasih 5 juta hasil uang yang saya kumpulkan. Saya langsung transfer dan hati saya bilang “ya Allah saya tidak tahu ini engkau ganti berapa lipat”. Alhamdulillah dari 5 juta menjadi 50 juta. Berarti berapa kali lipat itu, 10 ya? Mestinya 700 kali lipat atau lebih.

….أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ…..

berarti ini levelnya 10 kali lipat. Sekalian nanti juga harus seperti itu. Betapa nikmatnya hidup di dunia alim, ilmunya banyak, sholeh sikapnya dan tingkah lakunya, ibadahnya bagus, itu Sholeh namanya. Sholeh itu hubungannya bukan kepada manusia tetapi kepada Tuhan. Sugih kayak bisa memberi bisa menolong, Jangan hanya ingin dibantu. Pondok ini santai aja ada yang bantu diterima, tidak ada yang bantu tidak apa-apa, santai aja. Kita jalan sendiri, Alhamdulillah pondok jalan terus berkat doa kalian, do’a ustadz dan do’a semuanya. Pondok tidak pernah tidur pondok terus bangun terus dan pondok terus mengembangkan diri. Ini mengajarkan kalian juga.

Tadi transaksi 300 bata, Mohon doanya mudah-mudahan bisa kebayar semuanya. Dari 300 bata kita sudah kasih 200 juta Alhamdulillah, mudah-mudahan diganti oleh Allah itu. Harapan saya kalau tanah itu sudah dibeli kita tukar saja dengan tanah yang di samping Saudi. Minta tukar ke desa tanah yang di samping Saudi itu. Nanti kalau kalian lari enak itu bisa mutar dari sana sampai sini. Allahu Akbar!. Tinggal begitu saja, rencana itu yang baik-baik saja. Nanti dari Saudi itu ada jalan yang ke sana dan ketemu di sawah itu untuk jogging track. Kalau sekarang itu bicycle track bagi saya. Jadi saya bersepeda dari sini ke sana sambil berdoa “ya Allah cakep banget kalau semua tanah ini punya pondok”.

Supaya nanti kalian datang ke sini 20 tahun yang akan datang wow, melihat pondok nya wow Alhamdulillah. Nanti ada tulisan “Welcome to Al-Ikhlash” dari sebelah barat itu Allahumma Amin. Allahu Akbar. Pasti akan sampai pasti akan ada waktunya santai aja. Santai tapi berjalan bukan santai tapi tidur. Iya nanti kelas 1 yang kecil yang jalannya sambil ingusan, jalan nya sambil sempoyongan. Suatu saat datang ke sini “ustadz, sudah tanah itu yang bebasin saya”. Siapa yang tahu. “Ustad kok ini belum dibangun? Saya mau bangun”. Kalau sudah waktunya Allahuakbar, tidak ada yang susah bagi Allah SWT.

Jadi saya tidak ingin mendengar ada santri yang berpikir bahwa dia dengan bayaran segitu, merasa menggaji kita. Tidak akan sanggup, benar! Laporan Panitia ujian itu yang saya dengar, saya catat 6,5 juta. Jumlah santri 350 sekian, itu biaya ujian per anak hanya Rp 19.000. Tapi kalau setiap lembar dari jumlah 24 pelajaran di kali jumlah seluruh Santri, silakan dijumlahkan sendiri kalau setiap lembar yang mengoreksi dibayar. Tidak akan cukup, saya rasa tidak akan cukup, 10 juta saja itu tidak akan cukup untuk ujian.

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Lagian kalo ustadz pikirannya hanya bayaran saja, di mana nilai prophetic nya. Nilai-nilai kenabian nya dimana? Kenapa para rasul, para nabi kalau berdakwah mengajarkan itu melekat diumatnya? Karena dia tidak meminta bayaran. Kalau yang meminta bayaran itu tidak melekat. Walaupun kalau bicara bagus, hanya pada saat itu saja yang diambil, yang dia ingat, setelah dia pulang lupa lagi. Tapi kalau kalian ini setiap saat/setiap tahun, saya berbicara setiap selesai ujian, lama-lama kan menjadi internalis dalam diri. Jadi Yatarossakh dalam diri, tertanam dalam diri bawah setelah ujian harus bersyukur, kenapa? Karena banyak yang harus disyukuri. Ini harus dipahami betul.

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ.

Berbahagialah kalian! Bersyukur! Di sini tidak ada diskusi masalah uang. Ustadz-ustadz berapa jam berapa jamnya lalu dikali berapa bayarannya, itu tidak ada. Kalau ada juga akan tersingkir sendiri dari sini. Nahnu la natakallam ani-l-fulus. Kecuali kalau ada yang misalkan nunggak itu juga bukan saya yang diskusikan, tapi bagian ADM. Ya itu kewajiban. Waktu pendaftaran itu tertulis “Sanggup membayar iuran-iuran yang ditentukan pondok”. Itu kewajiban orang tua, sudah ada surat pernyataannya. Seandainya kalian ada yang nunggak pun,kalian jangan berpikiran kotor sama pondok, Kita sudah bekerja. Ini sudah bermasalah, malah menjelek-jelekkan pondok, ini bagaimana? Masa kebijakannya sampai disini saja. Ya harus sama-sama dong, sama-sama bijak, sama-sama arif itu kan enak. Kalau belum bisa bayar setidaknya bicara-bicara yang baik/ nyaman. Ini pelajaran untuk kalian, kalau masalah pembayaran itu masalah orang tua kalian, itu ada pembelajarannya tersendiri.

Lanjut! Bersyukur ujian telah selesai. Teman-teman kalian tidak bisa ujian. Ada yang daring during daring dung daring dung itu. Capek kalau ujian dari mitu mata kamu itu capek melotot saja ke HP. Belajar tatap muka melalui jaringan, pakai zoom melotot saja. Lagi pula sayang seusia kalian. Alhamdulillah diberikan oleh Allah belajar tatap muka di pondok sampai ujian. Saya menikmati kalau keliling itu, saya melihat suasana pagi yang cerah kalian dengan sendiri belajar dan tidak ada yang maksa. Betul tidak? Ini yang di gedung Alumni ada yang masak tidak “kalau tidak belajar nanti dipukul”. Ya tidak ada, masa orang yang tidak belajar dipukul. Ya itu tidak ada yang maksa, tetapi kalian dengan senang hati, teriak-teriak. Saya dalam hati “ya Allah berilah kesehatan kepada mereka yang sangat begitu semangat belajar. Saya pikir ini adalah orang-orang pilihan yang tidak ada bandingannya”. Saya begitu kalau melihat kalian itu.

Suasana yang paling enak di pondok itu ketika suasana ujian, semua orang belajar. Learning society masyarakat belajar, ustadz nya juga belajar. Ustad juga saya marah kalau tidak baca buku. Saya tahu mana yang baca buku mana yang tidak. Saya dulu membaca lebih dari 50 judul buku zaman S1.

Hari ini mendapat pesan dan menangis, saya mendapat pesan dari Kyai haji Hasan Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Pesannya seperti ini pesan yang disampaikan kan oleh ustad Muhsin. Pesan khusus tata Taufik: “Jangan berhenti baca! baca tafsir, baca hadits, baca fenomena, baca sejarah”. Seperti itu, saya orang tua seperti ini, sudah doktor masih diingatkan untuk baca, apalagi saya sama kalian yang masih anak-anak. Baca! bacalah buku! Bagian perpustakaan, jalan tidak itu jibas nya? Yang minjam minjam buku kalian catat tidak? Itu benda dendanya dipinta tidak? Harus dipinta, karena dimana-mana kalian akan seperti itu. Masuk perpustakaan di sini murah, kalau di Mesir itu 100 dolar. 100 dolar itu berapa? Satu juta lebih. Dan saya itu masuk walaupun tidak meminjam buku, saya ingin tahu saja. Kalau mahasiswa tidak bayar tetapi kalau turis bayar. Gini-gini kalau di luar saya itu turis.

Jadi orang tua kalian akan tahu berapa kalinya kalian membaca buku, nanti orang tua kalian tinggal mengklik saja dan disitu mengetahui berapa kali kalian baca dan apa saja judul-judul bukunya. Selain itu bisa mengecek tabungan anaknya. Jadi kalian tidak bisa berbohong. Kalau ada tarikan, kalau kalian mengambil uang itu yang di rumah tahu. Misalnya kalian ngambil 500 ribu terus dipakai kabur. Wah, berarti 500 ribu itu dipakai untuk kabur. Asik kan? Teknologi you know. Tetapi kalau disiplin saya kasihan juga kadang-kadang, tadinya saya mau buat juga. Jadi masuk bagian bahasa berapanya itu ketahuan. Tapi tidak usahlah, kasihan. Sudah itu hanya kami dan kalian saja yang tahu. Tidak usah dibocorkan semua ke rumah. Apakah kalian mau dibocorkan semua ke rumah? Nanti botak nya berapa kali yang di rumah tahu, mau seperti itu? Sudahlah itu antara kita saja ya.

Ujian telah selesai, kalian bisa belajar/baca buku. Betul itu, kami melihat/mendengar kalian belajar. kalian belajar itu mudah-mudahan menjadi amal sholeh. Bisa menambah literasi, Afalaa Ta’qiluun tidak tertinggal informasi. Jadi emosional literasi muncul. Jadi kemelekan emosinya bisa muncul, dengan perasaan. Perasaannya itu cerdas. Kalau perasaannya itu cerdas cukup dengan lirikan. tapi kadang-kadang saya bantu dengan senter. Jadi kalau sudah disorot dengan senter, kalau yang cerdas pasti paham. Kalau yang paham itu artinya memiliki emosional literasi. Catat itu!

Masih kuat? “Masih” (santri). Susah memang mencari seperti ini. Anak-anak seusia kalian diajak berbicara masih kuat itu tidak ada, jarang. Masya Allah, luar biasa. Yaa Allah berilah kesehatan kepada mereka.

Kesyukuran berikutnya kalian bisa belajar. Kalian bisa belajar dengan cara masing-masing. Kalian dapat menemukan cara yang pas untuk belajar, itu sangat luar biasa kalau orang Barat menyebutnya inquiry method, jadi menemukan cara sendiri dengan kamu. Bolehlah kalian memperdalam inquiry method, tapi saya sederhana saja yang sesuai dengan kalian. Apa tadi? learning society masyarakat belajar ustaznya juga, saya juga belajar. Saya aja masih diingatkan, tahu tidak sebabnya? Jadi kemarin itu saya membaca buku itu perih mata saya. Dalam hati “ya Allah saya mau berhenti belajar”. Rupanya itu nyambung tadinya terbesit dalam hati saya untuk berhenti membaca buku. Tiba-tiba sorenya ustad Muhsin sowan/menghadap ke pak Kyai dan mendapat pesan seperti itu, “jangan pernah berhenti membaca” Masya Allah. Nah kalian walaupun liburan jangan berhenti membaca, Jangan lupa membaca. Kalau membaca Koran, kalau kalian capek membaca beritanya, baca saja opininya yang bagus. Itu sama saja kamu melatih kecerdasan kamu untuk bisa menulis yang bagus. Dulu saya pernah melatih menulis sampai saya hitung kata-katanya. Kalau dulu kita nulis pakai mesintik, tidak seperti sekarang. Kalau computer sekarang jumlah word nya di bawah tertulis. Dulu baris ke kanan ke bawah ukuran folio quarto saya hafal itu. Satu paragraf yang ideal itu berapanya, itu saya tahu. Kalau satu paragraf itu biasanya 5 baris.

Mengetahui cara belajar dan bisa belajar itu harus disyukuri. Ini anak baru, pengalaman belajarnya baru kan? Sebelum-sebelumnya di rumah nggak pernah belajar kan? Sudahlah ngaku saja! Baru di sini-sini saja kan belajarnya. Alhamdulillah bisa belajar, tahu belajar itu juga harus kita syukuri. Dan Mohon doanya ini untuk ustadz-ustadz diberi kesehatan, bisa mengoreksi, menyelesaikan tugas-tugasnya, rapot bisa dibagi. Nanti ada pengarahan sendiri untuk pembagian raport. Kalau sekarang masih syukuran.

Nah yang harus disyukuri lagi adalah meningkat pengetahuannya. Coba itu anak kelas 1 ingat-ingat pas kamu masuk sini kamu bisa apa? Sekarang bisa apa? Waktu pertama kali masuk sini jangankan berbicara menyebutkan namanya saja sudah gemetar. Sekarang sudah bisa bicara bahasa Arab, coba kalau kalian di rumah saja tidak akan bisa itu. Tetapi karena di pondok kalian sudah meningkat, pengetahuannya meningkat dan pengalamannya juga meningkat. Tahu cara menelepon, tahu cara meminta doa ke orang tua. “Pak mau ujian mohon doanya”. Temannya juga bertambahdan mudah-mudahan bercandanya berkurang. Di dalam kitab Ta’lim Muta’alim, ada nasihat seperti ini “Hati-hati dalam memilih teman, kalau teman kalian malas dan suka bercanda maka jauhilah. Jadi kalau kamu dijauhin. Mungkin itu karena kamu. Makanya kurangi bercanda, canda itu ada waktunya, bermain itu ada waktunya, olahraga misalnya.

Selanjutnya, tahu UNESCO? Itu organisasi pendidikannya dunia. UNESCO itu memberi arahan. Tetapi kalau kita lihat, sudah ada di pondok pesannya. Apa coba arahannya? Arahannya adalah Learning to Know. Apa itu kira-kira artinya Learning to Know? Belajar untuk mengetahui, jadi kamu belajar itu untuk mengetahui sesuatu. Ada tidak di pondok Learning to Know? Ada. Semua pelajaran yang dipelajari di kelas itu Learning to Know. Termasuk yang saya sampaikan ini Learning to Know bahkan ini Learning to Analis Your Self, menganalisis diri kamu sendiri.

Tapi kalau belajar itu saja tidak cukup. Ada juga Learning to Do, ini adalah ciri-ciri pondok Learning by Doing belajar dengan bekerja. Kamu belajar kebersihan dengan menyapu/mengepel, itu belajar kebersihan. Mencuci piring itu belajar bagaimana kebersihan. Jadi panitia buat surat, mengetik ini itu, buat laporan itu Learning by Doing. Jadi itu Learning to Do mampu melakukan sesuatu, bukan tahu saja tetapi juga dilakukan.

Belajar bahasa Arab misalkan, tetapi tidak berbicara bahasa Arab, berarti itu bukan belajar. Ya seharusnya kalau dia sudah tahu maka ucapkanlah/berbicara apa yang dia sudah tahu. Learning to Write by Writing, belajar menulis dengan menulis. Learning to Listen by Listening, belajar mendengarkan. Kalian ini belajar mendengarkan, duduk ini bukan tidak belajar, tapi ini belajar. Belajar menjadi pendengar yang baik, belajar dengan mendengarkan. Saya banyak Tholabu-l-`ilmi dengan mendengarkan. Kalau ada ceramah saya dengarkan itu dan saya rekam, ketika saya sudah pulang, saya cari itu. Saya seperti itu, ketika saya sudah dapat tidak langsung saya makan, tetapi saya lihat lagi itu kitabnya, saya buka lagi betul atau tidak. Bahkan saya hafal juga, jadi besoknya sudah bisa saya pakai.

Ya jadi seperti itu belajar mendengarkan dengan mendengarkan. Jadi pendengar dengan baik, ini bukan tidak manfaat tapi ini manfaat. Itu nanti akan berbeda mana orang yang serius memperhatikan dan mendengarkan dengan orang yang bercanda dengan temannya itu, itu tidak sama hasilnya. Karena sebenarnya kalian ini sedang Learning to Listening.

تعلم حسنَ الاستماعِ كما تتعلمُ حسنَ الحديث

Belajarlah untuk mendengarkan yang baik bagaimana kamu belajar berbicara. Banyak orang belajar berbicara saja tidak mendengarkan. Jangan seperti itu! Insya Allah nanti dia berbicara tidak ada yang mendengarkan. Prinsip saya itu jika bicara kamu ingin didengar, maka kamu juga harus dengarkan orang lain berbicara. Itu kaidah nya.

Selanjutnya Learning to Live Together belajar untuk hidup bersama. Kalian itu harus ukhuwah sesuai dengan motto kita Ukhuwah Islamiyah. Kalian harus hidup bersama, saling menghargai, saling menghormati, saling membantu saat kesusahan, saling menasehati. Lihat saja itu ayat-ayat Alquran banyak hubungannya dengan Learning to Live Together itu. Dan kalian di pondok itu sudah pasti. Tamatan pondok sekian tahun ngumpul di lapang Braya group. Karena di pondok selalu bareng-bareng. itu dia membuat grup Sepak bola Braya, itu kerjaannya main bola saja. Dari Braya menjadi berdakwah, di suatu RT anak-anaknya tidak pernah shalat nakal. Lalu dikumpulkan dan disuruh bermain bola pada akhirnya mereka berubah. Ya berarti dakwah itu banyak cara, tidak mesti ceramah melulu, apalagi meminta upah, jadi maksudnya ceramahnya itu minta upah. Masa seorang Kiai diminta ceramah, malah bertanya “wani piro?”

Kemudian Learning to Be belajar untuk menjadi (Learning to Become). Ketika kamu serius belajar pidato maka kamu akan menjadi orator, ketika kamu serius belajar berlatih bola maka kamu akan menjadi pemain bola walaupun itu bukan tujuan. Ketika kamu serius latihan badminton maka kamu akan menjadi pemain badminton atau paling tidak ketika kamu menjadi pengusaha, kamu menjadi pengusaha yang atletis. Atletic itu bagus loh sportif. Sportif itu adalah sikap apa adanya, berani mengaku kalah berani mengaku menang. Ya jadi itu learning to be, kalian kalau mau jadi apa harus serius. Makanya di belakang itu ada tulisan “Masa belajar adalah saat terindah untuk membangun mimpi mimpimu”. Mau jadi apa kamu, maka bangun dari sekarang. Kalau perlu itu kamu berlima cita-cita saya jadi presiden kamu jadi wakil kamu jadi ini itu, Tahun depan kita maju ya. Seperti itu, maksud saya merancang mimpi-mimpi ke depan. Kalau berhasil ya alhamdulillah kalau tidak berhasil mesti berhasil di dimensi lain/di tempat lain.

Saya ulangi dulu yang pertama Learning to Know belajar untuk mengetahui, yang kedua Learning to Do belajar untuk mengamalkan/melakukan. Tahu hukum shalat tidak menjamin orang bisa shalat, betul tidak? Orang tahu hafal rukun wudhu tidak menjamin orang itu mau wudhu. Tapi kalau kita To Knownya kita pelajari, mengetahui cara-cara shalat, rukun shalat, rukun wudhu. To Do nya kita lakukan bagaimana kita wudhu, bagaimana kita shalat. Untuk meyakinkan dibuatlah ujian lisan, praktek ibadah dan akan ketahuan dari situ. Ada Learning to Live Together itu sudah jelas di sini, saling membantu, saling menasehati. Saya rasa ini adalah Learning Society, betul-betul masyarakat belajar apa saja. Kemudian Learning to Be, Insya Allah kamu berlatih sekarang dan kamu belum tahu nanti kedepan, yang mana yang akan kamu pilih profesi. Tetapi kamu belajar di sini sekarang, apa yang diprogramkan oleh pondok, ikuti saja! Tapi nanti ke depan kamu akan jadi apa, sebenarnya ada pemihakan-pemihakan atau kesukaan-kesukaan terhadap pelajaran yang kamu dapat di sini.

Berikutnya, yang namanya orang dididik, orang yang belajar itu pasti ada perubahan. Ada Change, ada Tagyir. Yujad taghyir, fii taghyir. Apa saja? Pengetahuannya berubah dan bertambah, Change of Knowledge. Sekarang kemampuan kalian secara tidak sengaja sudah bertambah, anak baru sudah bisa mencuci, sudah bisa melipat pakaian. Change of Skill ada perubahan dalam skil. Termasuk skil duduk dengan rapi, itu tidak semua orang bisa. Saya sangat terkesan dengan anak-anak kita ini (anak-anak Pramuka ketika KMD) ketika duduk siap tangannya rapi, difoto dari belakang itu cakep banget.

Kemudian Change of Attitude perubahan sikap. Yang tadinya sikap acuh tak acuh dalam pelajaran menjadi belajar. Atau pas SD nya naik-naik ke atas meja, lari-lari tapi sekarang berubah. Dari pakaian, sengaja kalian dibuat seperti itu, supaya sikapnya berbeda. Pakaian atau kemeja dimasukin ke dalam celana itu supaya rapi dan sudah 90% orang yang bersikap baik. Tetapi kalau pakaiannya Levis bolong-bolong, aneh itu seperti pakaian pengemis. Ya itu adalah perubahan sikap. Sikap hormat kepada orang tua, kepada guru. Sikap yang bercanda seperti tadi itu mungkin bawaan tetapi mesti ada perubahan sedikit-sedikit, boleh jadi di rumahnya lebih seperti itu, pas di pondok ada perubahan sikap. Itulah pendidikan namanya, ini kalian sebenarnya sudah berubah, sudah meningkat itu yang kita harus syukuri.

Kalian itu anak-anak bagi saya, anak-anak saya sendiri sama aja, anak didik, bahkan menyita pikiran saya dari pada anak-anak saya. Kalian bercanda saya lari, kalau mendengar yang ribut-ribut saya lari. Kalau tidak minimal saya menyuruh ke ustadz Imam atau yang lainnya. Itu saking perhatiannya kepada kalian walaupun kelihatannya cuek. Karena bagi kami kalian adalah anak-anak kami. Dan anak-anak itu mestinya belajar dari mana dia ini. Makanya di pondok ini kita diajarkan cara hidup, mungkin ada yang paham ada yang tidak. Diusahakan jangan banyak mengecam. Ini yang suka mengancam mungkin bawaan dari rumahnya.

Saya pernah mengikuti WEBINAR dan saya menjadi pembahasnya, WEBINAR itu seminar melali Web. Salah satunya ada pembicara dia bilang seperti ini “Para orang tua harus bertanggung jawab untuk membersihkan lidah anak-anaknya dari kata-kata kotor” ujarnya. Sebetulnya sudah kita ajarkan. Kalian itu harus berkata-kata bagus. Ini juga bagus

قَوۡلٌ مَّعۡرُوۡفٌ وَّمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٌ مِّنۡ صَدَقَةٍ يَّتۡبَعُهَاۤ اَذًى‌ؕ وَاللّٰهُ غَنِىٌّ حَلِيۡمٌ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا – يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jadi di Al-qur’an itu banyak mengajarkan untuk berbicara yang baik-baik, kata-kata yang baik. Kata-kata untuk yang tidak pantas, ukurannya kamu tinggal lihat saja. Apakah dilarang, apa yang agama melarang dan perbuatan itu haram, itu sebenarnya tidak bagus untuk diucapkan. Contohnya manggil orang muslim dengan sebutan kafir, jangan itu! Alquran melarang itu. Tidak saling menghina. Jadi jangan memanggil orang itu dengan seenaknya. Contohnya ada orang yang beriman kamu manggil fasik, itu jangan.

Mari kita hidupkan budaya yang bagus peradaban yang bagus. Ini Alquran mengajarkan, kamu melihat Quran surat Al-Hujurat, An-Nur itu ungkapan yang bagus. Dan jangan sampai hai kamu memberi diikuti dengan kata-kata yang tidak baik menyakitkan. Misalnya ada orang yang meminjam uang “nih uangnya dasar miskin lu” jangan seperti itu. Tetapi “Mudah-mudahan kamu bisa cepat bayar” kan enak kalau begitu. Jangan dihina, itu tidak boleh. Jadi begitu ya anak-anakku sekalian jangan suka menghina atau memaki orang. Kamu kalau menghina akan dibalikin lagi kan?

Makanya Rasulullah itu sampai seperti ini, kata Rasulullah tidak boleh menghina orang tuanya sendiri. Kata para sahabat mana mungkin ya Rosulullah ada anak yang menghina orang tuanya sendiri. Kata Rasulullah menghina bapak orang lain sama saja menghina bapak sendiri. Ingat kata-kata itu

عَثْرَةُ الرِّجْلِ أَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ الِلسَانِ

Tergelincirnya lidah itu lebih berbahaya daripada tergelincirnya kaki.

Jangan menciptakan permusuhan, tadi itu learning to live together. Kita ini saudara, saudara seiman saudara seagama. Kalau tidak bisa menghargai seseorang karena beda daerah, tapi kamu harus ingat kamu itu sama-sama Santri Al ikhlash.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Hidup dengan bersaudara akan melahirkan manusia yang penyayang. Tapi kalau hidup dengan permusuhan maka akan melahirkan manusia yang suka melawan contohnya yang seperti tadi kalau kamu mencaci memaki, menghina orang itu pasti akan ada feedback-nya. Sampai aturan melarang kita menghina Tuhan yang orang lain buat itu. Menghina agama lain itu tidak boleh karena itu akan mengakibatkan menghina Tuhan kita. Kalau kita menanam kebaikan akan melahirkan kebaikan, dan apabila kita menanam keburukan akan menuai keburukan. Orang tua bertanggung jawab membersihkan lidah anak-anaknya dari perkataan kotor. Coba ini diingat, apalagi ucapan kalian yang menyakiti orang lain, memberi julukan kepada orang lain itu jangan. Yang tadi saya ucapkan itu adalah sebagai contoh bahwa tidak boleh untuk diucapkan. Mari kita saling menghargai, jangan sampai ada anak yang keluar dari pondok karena tersinggung ucapan yang tidak baik keluar dari mulut kita.

Kita ini satu rumah, ma’haduna ikhlash, baituna alkabiir. Jadi saya juga bertanggung jawab untuk membersihkan kata-kata kalian. Tapi kalian sudah besar sudah dewasa, sudah memiliki emosional literasi artinya emosinya sudah cerdas, sudah bisa melihat, cara pengetahuan sudah hafal beberapa ayat, sudah hafal beberapa hadis. Insyaallah bahasa kalian akan lebih bagus. Pepatah Melayu mengatakan bahasa adalah menunjukkan bangsa, Jadi kalau bahasanya bagus kepribadiannya juga bagus maka peradabannya akan bagus. Semakin bagus bahasa kamu, semakin sopan sebetulnya derajat kamu juga semakin naik. Dari orang biasa menjadi orang yang terpelajar, dari orang yang terpelajar menjadi orang yang terhormat. Ingin menjadi orang terhormat? Maka hormatilah dirimu dengan tindakan-tindakan yang baik.

Kalian liburnya biasa di tanggal 1 Januari, mudah-mudahan kondisi di luarnya sudah aman sehingga kamu bisa berlibur. Kalau tidak aman kamu tidak bisa berlibur. Ustad ujian sudah, lalu kita ngapain? Tenang saja namanya juga Learning Society. No time for refreshing, it’s time for study. Kita belajar keorganisasian pergantian OPPMA dan Koor, ada juga acara IKPM Gontor tanggal 18 hari jumat. Kemarin itu tamu pimpinan rapat muadalah se jawa barat. Nanti ada IKPM gontor melantik pengurus IKPM Kuningan, kamu bisa melihat dan belajar itu. Nanti ada pelatihan-pelatihan menulis teks pidato. Nanti ada pelatihan penulisan jurnalistik, bagaimana menulis artikel dengan baik dan benar. Pokoknya kamu bisa latihan kita manfaatkan untuk belajar. Bila perlu sesekali nonton boleh. Nonton itu kita selang seling, yang penting kamu berlatih dengan senang. Pokoknya nanti kita isi kegiatan kegiatan seperti itu sampai akhir Desember, dan awal januari baru liburan. Jadi jangan salah informasi.

*Disalin Dari Wejangan Pimpinan Pondok Pada Acara Kesyukuran Ujian Semester I 2020-2021  10 Des 2020.

Penulis: Redaksi

Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas.