Kunjungi Amerika Serikat, Al-Ikhlash Perkuat Eksistensi Pendidikan Pesantren di Kancah Global.
Dr. KH. M. Tata Taufik, M.Ag, pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlash Kuningan, bersama sejumlah tokoh pesantren dari Indonesia, mengikuti International Observer Program (IOP) yang diselenggarakan oleh Civilizations Exchange and Cooperation Foundation (CECF) di Maryland, Amerika Serikat. Program yang berlangsung dari 5 hingga 17 Oktober 2024 ini bertujuan memperkuat dialog lintas budaya dan memperkenalkan wajah Islam Indonesia dan pendidikan pesantren di panggung internasional.
Dalam kegiatan ini, Dr. KH. M. Tata Taufik bersama rombongan para kiai dan pimpinan pondok pesantren lainnya, membawa misi khusus untuk mempromosikan sistem pendidikan pesantren kepada dunia Barat. Pendidikan berbasis pesantren, yang telah lama menjadi bagian integral dari budaya Indonesia, dinilai relevan untuk dijadikan referensi dalam membangun pemahaman lintas agama dan budaya.
Selama program, Dr. Tata Taufik berkesempatan mengunjungi berbagai lembaga pendidikan dan keagamaan terkemuka di Amerika Serikat, termasuk George Washington University, Harvard University, Boston University, serta beberapa pusat komunitas Muslim seperti Adams Center dan Nusantara Foundation. Kunjungan ini dirancang untuk memperdalam dialog tentang peran pendidikan dalam mempromosikan perdamaian global.
Tidak hanya itu, Dr. Tata Taufik juga terlibat dalam diskusi intensif dengan para pemimpin Muslim Amerika, khususnya di Al-Basheer Seminary dan Jamaica Muslim Center. Diskusi tersebut membahas bagaimana pesantren di Indonesia dapat berkolaborasi dengan lembaga-lembaga keagamaan di Amerika dalam menghadapi tantangan global.
Kunjungan ini adalah kesempatan besar bagi komunitas pesantren untuk memperluas jaringan internasional, sekaligus belajar dari praktik pendidikan di negara lain. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai institusi yang mempersiapkan generasi untuk hidup di tengah keberagaman global.
Dengan fokus utama pada pengembangan strategi dan diplomasi pendidikan, Dr. Tata Taufik berharap program ini akan membuka pintu bagi kerjasama lebih luas antara lembaga pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat. Baginya, kunjungan ini adalah langkah nyata dalam upaya memperkenalkan pesantren sebagai lembaga yang mampu menjawab tantangan globalisasi tanpa melupakan nilai-nilai dasar agama.
Program ini tidak hanya mempertemukan dua budaya besar, Timur dan Barat, tetapi juga membuka ruang untuk saling bertukar gagasan tentang pendidikan, keberagaman, dan kemanusiaan. Kehadiran para pemimpin pesantren dalam forum ini akan memperkuat posisi pesantren di kancah internasional, sekaligus mempertegas peran Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yang menjunjung tinggi nilai-nilaii universal dan perdamaian.