Hakekat Ujian
Kegiatan pengarahan ujian ini menjadi penting karena pertama untuk kelas 6 TMI ini merupakan pelajaran, karena yang namanya تربية المعلمين itu berarti calon guru. Aktivitas mengajar itu tidak hanya memberikan informasi dan pengetahuan saja atau bukan hanya transfer of knowledge saja, tapi juga evaluasi, dan ujian ini merupakan salah satu bentuk evaluasi dari pengajaran yang telah dilakukan. Maka kita harus tahu bukan hanya mengajar, kalau mengajar saja mungkin itu sudah selesai, tapi adanya evaluasi ini untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang kita inginkan. Karena mengajar itu ada ukurannya batasan mana ketika kita mengajar lalu anak mengetahui sesuatu yang kita ajarkan, bisa memahami juga apa yang kita ajarkan kemudian implementasinya dalam kehidupan seperti apa, dan ini semua di antara ragam – ragam evaluasi.
Mungkin kita bisa melihat anak – anak ketika pergi belajar saja dalam setiap harinya itu merupakan cerminan dari aplikasi pengetahuan tentang wajibnya belajar atau Tholabul Ilmi. Mereka mewujudkannya dalam bentuk belajar atau bisa juga dalam sudut lain yang merupakan bentuk tanggung jawab peserta didik yang menyadari bahwa statusnya adalah sebagai pembelajar yang baik. Atau bisa juga dari sudut disiplin atau kepatuhan yang menganjurkan anak untuk belajar. Ketika anak sedang belajar bisa juga dipandang sebagai bentuk kesyukuran, jadi banyak cara untuk memandang. Bersyukur mereka masih bisa belajar karena yang lain belum tentu belajar, itu semua terwujud dengan tindakan belajar yang baik. Jadi banyak yang bisa kita perhatikan, kita record, kita rekam dari setiap individu anak dan hal yang seperti ini seharusnya wali kelas lebih mengetahui bagaimana anaknya dalam proses belajar mengajar, juga untuk kelas 6 harus mengetahui, itu sebabnya kelas 6 dilibatkan dalam menguji atua dalam kepanitiaan ujian tersebut.
Proses ujian di berbagai tempat tentunya berbeda, tapi kita mengalami apa yang kita alami di sini, dan itu artinya sudah menjadi modal. Mengalami hal yang lebih sulit itu bagus karena nanti ketika kita mengalami hal yang biasa saja akan terasa lebih sangat mudah, maka sangat perlu sekali setiap sebelum ujian dilaksanakan diadakan acara pengarahan ujian baik syafahi maupun tahriri. Pentingnya acara ini untuk asatidz yaitu untuk mengingatkan kembali proses internalisasi dan untuk mengingat ulang apa – apa yang menjadi haluan dalam ujian di pondok kita, dan ini harus milik bersama yaitu seluruh personal yang terlibat di dalam pendidikan di pondok ini, jadi bukan hanya milik pimpinan sendiri melainkan milik seluruh yang ada di pondok ini.
Kita juga harus memahami sistem yang kita miliki atau yang kita terapkan, maka proses internalisasi ini harus selalu diadakan. Karena dalam rentangan waktu banyak sekali informasi yang didapat, mungkin nilai baik saja bisa berubah bisa jadi orang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan ini kuno, itu tidak masalah, karena kita berpegang pada prinsip yang telah berjalan dan ini sangat baik sehingga ini perlu didokumentasikan karena tidak mustahil dengan muadalah ini kita menambah pekerjaan seperti pendataan siswa dan pekerjaan yang lainnya. Ketika banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, sebetulnya itulah yang mengajak kita untuk berlatih berpikir dan mengajak kita untuk selalu memperhatikan apa – apa yang harus diperhatikan ketika mengelola pendidikan jadi nanti kita mampu untuk berpikir cerdas.
Perlakuan orang terhadap suatu informasi itu berbeda, dengan adanya informasi kita dapat memberlakukan anak dengan baik, jangan sampai kita memberlakukan anak yang sakit seenak kita, maka seharusnya kita mengetahui akan hal itu agar ada kesesuaian dalam memberikan treatment. Dalam ujian ini yang terpenting adalah kewibawaan, ujian itu harus berwibawa, lembaga pendidikannya juga harus berwibawa, guru – gurunya juga harus berwibawa bahkan aktivitasnya pun harus berwibawa, dan itu harus dimiliki karena tanpa wibawa semua tidak akan berjalan, seakan – akan kering seperti tidak ada jiwanya.
Ujian yang bagus itu minimal mampu mengubah sikap anak, kalau ujiannya berwibawa maka sikap anak terhadap belajar itu ada, maka dikembangkanlah pernyataan:
الإمتحان للتعلم وليس التعلم للإمتحان ujian untuk belajar dan bukanlah belajar untuk ujian
jadi ini merupakan satu metode atau satu cara untuk membuat anak belajar atau جعل التلميذ يتعلم , semua ahli pendidikan sibuk dalam pemberian materi ataupun metodologis yang sebenarnya mempunyai target sederhana yaitu membuat murid belajar. Alhamdulillah kita setiap hari berhasil membuat anak belajar, dan anak – anak mampu belajar dengan sendirinya dan itu berarti jiwa belajar pada anak sudah ada tinggal kita meningkatkan kualitas belajarnya saja, yang kita tahu orang lain ingin membuat anak belajar itu susah sedangkan kita anak yang baru masuk pondok saja sudah bisa belajar. Mereka mampu belajar antri, mencuci baju sendiri, mengatur waktu dan yang tadinya belum bisa bacaan shalat tapi setelah di pondok mereka mampu menghafal dengan waktu yang singkat semua itu berarti rasa semangat belajar anak sudah ada mereka langsung temukan aktivitas belajar. Tugas kita sekarang hanya tinggal memotivasi dan meningkatkan kualitas belajarnya. Ujian kita diharapkan memiliki wibawa sehingga mampu meningkatkan tensi belajar yang tinggi atau kita harus mampu menciptakan جوَ التعلم (milliu belajar). Kemudian belajar jujur, kemudian juga belajar menghargai suasana ujian, suasana ujian harus kita hargai kerapihan dan lain sebagainya. Kita bisa menemukan 5 kekuatan ujian di Pondok ini:
- المراقبة (Pengawasan)
- Penyelenggaraan yang rapih
- Kerahasiaan soal
- Objektivitas penilaian
- Evaluasi
Disadur dari pesan dan nasehat Pimpinan Pondok pada Pengarahan Pengawas Ujian TulisTahun 2017